PENGERTIAN
KRISIS EKONOMI GLOBAL
Krisis
ekonomi global adalah peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar
dunia mengalami keruntuhan/degresi dan mempengaruhi sektor lainnya di
seluruh dunia. Krisis ekonomi Global terjadi karena permasalahan
ekonomi pasar di sluruh dunia yang tidak dapat dielakkan karena
kebangkrutan maupun adanya situasi ekonomi yang carut marut. Sektor
yang terkena imbasan Krisis ekonomi global adalah seluruh sektor
bidang kehidupan. Namun yang paling tampak gejalanya adalah sektor
bidang ekonomi dari terkecil hingga yang terbesar.
Sebagai
contoh bahwa negara adidaya yang memegang kendali ekonomi pasar dunia
yang mengalami keruntuhan besar dari sektor ekonominya. Peristiwa ini
mengakibatkan rontoknya perusahaan keuangan dan bank-bank besar di
Negeri Paman Sam satu per satu. Bangkrutnya Lehman Brothers langsung
mengguncang bursa saham di seluruh dunia. Bursa saham di kawasan Asia
seperti di Jepang, Hongkong, China, Asutralia, Singapura, India,
Taiwan dan Korea Selatan, mengalami penurunan drastis 7 sd 10 persen.
Termasuk bursa saham di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika
Selatan dan Amerika Utara. Tak terkecuali di AS sendiri, Para
investor di Bursa Wall Street mengalami kerugian besar.
Cara
mengatasi permasalah Krisis ekonomi bagi masyarakat adalah lebih
selektif dalam memenuhi kebutuhan dan bersikap kooperatif bersama
pemerintah dan sebaliknya dari pemerintah untuk lebih sigap dalam
situasi masyarakat.
DAMPAK
TERJADINYA KRISIS EKONOMI GLOBAL BAGI INDONESIA
Krisis
ekonomi yang sedang dialami oleh beberapa negara besar di dunia
diantaranya AS secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian di
Indonesia.Maka dari itu pemerintah harus waspada dan antisipatif,
karena resesi ekonomi AS kemungkinan semakin parah sehingga bisa
berdampak hebat terhadap kehidupan ekonomi di dalam negeri
Krisis
ekonomi global bisa diumpamakan sebagai deretan kartu domino yang
diatur sejajar,jika pemain utamanya terjatuh maka akan membawa dampak
buruk terhadap yang lainnya (efek domino). Celakanya, kalau
negara-negara berkembang yang terkena krisis ekonomi, lembaga-lembaga
keuangan internasional cenderung lepas tangan. Akibatnya, krisis yang
terjadi bisa sangat parah dan potensial mengimbas ke wilayah lain.
Warung-warung
di pelosok Jakarta kini bertumbangan ke jurang kebangkrutan. Itu
sebagai bukti bahwa rakyat kebanyakan sudah tak berbelanja lagi.
Sementara lapisan atas justru berbelanja keperluan sehari-hari ke
pasar-pasar modern milik pengusaha besar. Ini menyebabkan kefailitan
raksasa bagi dunia bisnis.
Saat
ini dampak resesi ekonomi global yang paling dirasakan adalah pada
masyarakat menengah ke atas, terlebih mereka yang bermain saham,
valuta asing dan investasi emas.
Dari
pantauan media di sejumlah pasar di tanah air, sejak BEJ melakukan
suspend pada Jum’at (10/10/11) , harga bahan-bahan pangan mulai
merangkak naik. Jika sudah begini, masyarakat bawah yang paling
merasakan dampaknya.
Selain
itu, kenaikan harga bahan baku di sektor properti akibat pengaruh
krisis ekonomi global, sangat mungkin terjadi. Seperti di kutip dari
Antara.co.id, Wakil Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa
Tengah, Adib Adjiputra, di Solo, beberapa waktu lalu mengatakan,
harga bahan baku yang diproduksi di dalam negeri maupun luar negeri,
berpotensi terpengaruh oleh krisis ekonomi ini.
Harga
bahan baku seperti besi, keramik, semen dan sejumlah aksesori rumah
lainnya yang berasal dari industri manufaktur, kata dia, sangat
rentan mengalami kenaikan.
Kenaikan
bahan baku akibat dampak krisis ekonomi ini akan semakin menyulitkan
sektor properti, setelah sebelumnya juga diterpa kenaikan harga bahan
baku akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM).
BEBERAPA
SOLUSI MENGATASI KRISIS EKONOMI GLOBAL OLEH PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA
Presiden menegaskan
10 langkah yang harus ditempuh semua pihak untuk menghadapi krisis
keuangan yang terjadi di Amerika Serikat (AS), sehingga tidak
berdampak buruk terhadap pembangunan nasional.
Pertama,
Presiden mengajak semua pihak dalam menghadapi krisis global harus
terus memupuk rasa optimisme dan saling bekerjasama sehingga bisa
tetap menjagar kepercayaan masyarakat.
Kedua,
pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen harus terus dipertahankan
antara lain dengan terus mencari peluang ekspor dan investasi serta
mengembangkan perekonomian domestik.
Ketiga
adalah optimalisasi APBN 2009 untuk terus memacu pertumbuhan dengan
tetap memperhatikan `social safety net` dengan sejumlah hal yang
harus diperhatikan yaitu infrastruktur, alokasi penanganan
kemiskinan, ketersediaan listrik serta pangan dan BBM.
Untuk itu
perlu dilakukan efisiensi penggunaan anggaran APBN maupun APBD
khususnya untuk peruntukan konsumtif.
Keempat,
ajakan pada kalangan dunia usaha untuk tetap mendorong sektor riil
dapat bergerak. Bila itu dapat dilakukan maka pajak dan penerimaan
negara bisa terjaga dan juga tenaga kerja dapat terjaga. Sementara
Bank Indonesia dan perbankan nasional harus membangun sistem agar
kredit bisa mendorong sektor riil. Di samping itu, masih menurut
Kepala Negara, pemerintah akan menjalankan kewajibannya untuk
memberikan insentif dan kemudahan secara proporsional.
Kelima,
semua pihak lebih kreatif menangkap peluang di masa krisis antara
lain dengan mengembangkan pasar di negara-negara tetangga di kawasan
Asia yang tidak secara langsung terkena pengaruh krisis keuangan AS.
Keenam,
menggalakkan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar
domestik akan bertambah kuat.
Ketujuh,
perlunya penguatan kerjasama lintas sektor antara pemerintah, Bank
Indonesia, dunia perbankan serta sektor swasta.
Kedelapan,
semua kalangan diharapkan untuk menghindari sikap ego-sentris dan
memandang remeh masalah yang dihadapi.
Kesembilan,
mengingat tahun 2009 merupakan tahun politik dan tahun pemilu,
kaitannya dengan upaya menghadapi krisis keuangan AS adalah memiliki
pandangan politik yang non partisan, serta mengedepankan kepentingan
rakyat di atas kepentingan golongan maupun pribadi termasuk dalam
kebijakan-kebijakan politik.
Kesepuluh,
Presiden meminta semua pihak melakukan komunikasi yang tepat dan baik
pada masyarakat. Tak hanya pemerintah dan kalangan pengusaha, serta
perbankan, Kepala Negara juga memandang peran pers dalam hal ini
sangat penting karena memiliki akses informasi pada masyarakat.